Semakin hari perasaan ini semakin tumbuh. Aku khawatir, jika semakin lama perasaan ini akan terus berakar dan tak bisa ku cabut hingga akar terdalam. Jadi lebih baik aku cabut saat ia masih seumur jagung. Jujur ku akui, ini semua terasa berat. Tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengannya lagi. Perlahan-lahan aku mencoba untuk menjauhinya. Rasanya kaki ini sulit untuk melangkah lebih jauh lagi. Hingga suatu hari aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di luar kota. Semenjak saat itu aku mulai bisa melupakan angan-angan tentangnya meskipun terkadang kenangan indah masih teringat jelas dalam benakku. Dan pada akhirnya aku bisa menemukan pengganti dia.
Bulan terus berganti dan aku mulai merasakan kebahagiaan dengan lembaran hidupku yang baru dengan pasangan baru pula. Tapi, sesekali dia muncul dalam benakku. Ada saatnya dimana aku merindukan masa indahku dengannya. Ku akui, ini benar-benar sulit untukku. Suatu keadaan dimana diharuskan untuk melepaskan orang yang kita cintai. Dengan sejuta kenangan yang tersimpan dalam memori, hitam putihnya perjalanan yang telah kami lalui bersama-sama. Sangat sulit bukan? Ini pertama kalinya aku mengalami hal seperti ini.
Pernah waktu itu, aku sempat merasakan gagal move on karena dia mulai memberikan perhatiannya lagi untukku dan selalu bersikap manis padaku. OMG! Ini benar-benar situasi sulit untukku karena di sisi lain aku sudah ada yang punya. Saat itu aku merasa bersalah atas perbuatanku yang mungkin bisa dibilang mengkhianati kekasihku sendiri. Tapi di sisi lain aku menikmatinya karena aku juga merindukannya. Sore itu, aku sedang mengikuti les bahasa asing di suatu tempat kursus ternama di kota Bengkulu. Awalnya aku sangat antusias mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guruku, namun di akhir pelajaran aku merasa tidak fokus lagi pada pelajaran.
Aku memikirkan seseorang. Seeseorang dari masa lalu yang ku rindukan. Ya, dia Dicky. Aku mengambil handphone dari dalam tasku. ‘hmmm, tak ada kabar darinya’ pikirku. Aku menunggu kabar darinya tapi dia tak kunjung menghubungiku. Akhirnya aku memutuskan untuk menghubunginya duluan. Malam penutupan tabot menjadi saksi kencan butaku yang pertama. Malam yang cerah meski tak ada bintang yang menghiasi sang malam, bagiku malam ini tetap indah meski tanpa bintang dan bulan. Kehadirannya menjadikan malam terasa lebih indah. Ini pertama kalinya aku bertemu lagi dengannya setelah sekian tahun tidak bertemu. Aku merasa seperti mimpi bisa pergi jalan berdua tapi sayangnya ini kencan buta.
Di tengah keramaian para manusia yang tengah menikmati malam tabot, aku dan dia berada di salah dua antara mereka. Karena malam terakhir membuat festival itu sangat ramai dan aku harus berdesak-desakkan dengan pengunjung lainnya. Aku benar-benar risi dengan kedaan itu. Mungkin dia sadar dengan ketidaknyamanan aku saat itu. Dia yang berada di belakangku meletakkan tangannya di bahuku seperti sedang main kereta api waktu kecil. Aku terdiam tapi sebenarnya aku senang. Aku rasa itu adalah bentuk perlindungan dia untukku agar terhindar dari tangan-tangan nakal para pengunjung. Malam ini punya kesan tersendiri yang tak bisa ku ungkapkan melalui kata-kata.
Semenjak hari itu aku dan dia sering berkomunikasi hanya untuk sekedar basa-basi dan mengisi waktu luang. Setiap kali aku melakukannya aku merasa bersalah karena sebenarnya ini tidak boleh terjadi. Aku seharusnya tidak mengkhianati kekasihku yang sudah setia selama setahun ini. dan seharusnya aku tidak boleh lagi ada perasaan pada mantanku. Tapi, terkadang aku berpikir mungkin wajar aku seperti ini karena suatu hubungan yang diakhiri dengan paksaan beserta sejuta cinta yang masih tersimpan.
November tiba. Bulan dimana aku menjalin cinta dengannya. Kali ini adalah november yang ketiga untuk aku dan dia. Sudah dari jauh-jauh hari aku menuggu hari ini. Tapi ternyata ini tak sesuai dengan harapanku. Biasanya dia selalu memberi selamat anniversary meskipun hubungan kami sudah lama putus. Tapi kali ini hanya aku yang memberikannya selamat, padahal sbelumnya kami sempat chatting dan dia sama sekali nggak ada hubungin aku hingga saat ini. Aku sempat merasa kehilangan, tapi aku juga berpikir mungkin dia sudah menemukan penggantiku yang pas di hatinya atau mungkin dia memang sengaja menjauhiku. Aku sempat marah dengannya, meskipun amarah ini hanya ku pendam sendiri. Aku tidak bisa menerima kebiasaan dia yang suka datang dan pergi begitu saja. Dan akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti mengharapkan kabar darinya dan aku pun akan menjauhinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar